Senin, 29 April 2013

"Nabi Muhammad SAW", Sosok Pemimpin Hebat di Dunia

Untuk mengenal lebih jauh sosok Nabi Muhammad SAW, baiknya kita mengetahui terlebih dahulu biografi beliau. 
  • Nama : Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hashim.
  • Tarikh lahir : Subuh hari Isnin, 12 Rabiulawal bersamaan 20 April 571 Masehi (dikenali sebagai Tahun Gajah; sempena peristiwa tentera bergajah Abrahah yang menyerang kota Kaabah).
  • Tempat lahir : Di rumah Abu Talib, Makkah Al-Mukarramah.
  • Nama bapa : Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hashim.
  • Nama ibu : Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf.
  • Pengasuh pertama : Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman. Hamba perempuan bapa Rasulullah SAW).
  • Ibu susu pertama : Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab).
  • Ibu susu kedua : Halimah binti Abu Zuaib As-Saadiah (lebih dikenali Halimah As-Saadiah. Suaminya bernama Abu Kabsyah).
Nabi Muhammad saw berasal dari kabilah Quraisy, tepatnya keturunan Hasyim. Ayah beliau adalah Abdullah bin Abdul Muthalib, cucu Hasyim. Ibunda beliau adalah Aminah binti Wahbyang berasal dari keturunan Bani Zuhrah, salah satu kabilah Quraisy. Setelah menikah, Abdullah melakukan pepergian ke Syam. Ketika pulang dari pepergian itu, ia wafat di Madinah dan dikuburkan di kota itu juga. Setelah beberapa bulan dari wafatnya sang ayah berlalu, Nabi pamungkas para nabi lahir di bulan Rabi’ul Awal, tahun 571 Masehi di Makkah, dan dengan kelahirannya itu, dunia menjadi terang-benderang. Sesuai dengan kebiasaan para bangsawan Makkah, ibundanya menyerahkan Muhammad kecil kepada Halimah Sa’diyah dari kabilah Bani Sa’d untuk disusui. Beliau tinggal di rumah Halimah selama empat tahun. Setelah itu, sang ibu mengambilnya kembali. Dengan tujuan untuk berkunjung ke kerabat ayahnya di Madinah, sang ibunda membawanya pergi ke Madinah. Dalam perjalanan pulang ke Makkah, ibundanya wafat dan dikebumikan di Abwa`, sebuah daerah yang terletak antara Makkah dan Madinah. Setelah ibunda beliau wafat, secara bergantian, kakek dan paman beliau, Abdul Muthalib dan Abu Thalib memelihara beliau. Pada usia dua puluh lima tahun, beliau menikah dengan Khadijah yang waktu itu sudah berusia empat puluh tahun. Beliau menjalani hidup bersamanya selama dua puluh lima tahun hingga ia wafat pada usia enam puluh lima tahun. 

Pada usia empat puluh tahun, beliau diutus menjadi nabi oleh Allah. Ia mewahyukan kepada beliau al-Quran yang seluruh manusia dan jin tidak mampu untuk menandinginya. Ia menamakan beliau sebagai pamungkas para nabi dan memujinya karena kemuliaan akhlaknya. Beliau hidup di dunia ini selama enam puluh tiga tahun. Menurut pendapat masyhur, beliau wafat pada hari Senin bulan Shafar 11 Hijriah di Madinah.

Nabi Muhammad SAW adalah seorang hamba Allah yang memiliki akhlak mulia. Sosok kepribadian beliau yang agung merupakan aplikasi dari ajaran Al-Quran. Ibaratnya, beliau adalah Al-Quran yang berjalan. Memang, karena Aisyah ra sendiri menegaskan bahwa akhlak Rasulullah saw adalah Al-Quran. Bahkan Allah swt telah memuji akhlak beliau yang agung sekaligus memberikan rekomendasi bagi manusia sekalian untuk menjadikannya figur teladan dalam kehidupan ini, sebagaimana firman-Nya: “Sesunggguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri tauladan bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Al-Ahzab: 21). Hal ini ditegaskan pula di dalam ayat yang lain mengenai keagungan dan kemuliaan budi pekerti: “Sesunggguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur” (Al-Qalam: 4).

Luar biasa, Predikat dan pujian ini langsung datang dari Allah Swt, karena akhlak beliau yang mulia. Maka tidak heran bila dalam waktu yang relatif singkat, beliau berhasil berdakwah dan menegakkan syariat Islam di muka bumi ini, dengan membawa peradaban Islam yang mulia dan terhormat menggantikan peradaban jahiliah yang hina dan zalim. Inilah rahasia kesuksesan dakwah Rasulullah saw yaitu akhlak mulia.

Dari konteks inilah, tak heran bila Mikhail H Hart, dalam buku fenomenalnya The 100 a Rangking of The Most Influential Persons in History (Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah;1978) menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai pada urutan pertama sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad, Muhammad adalah satu-satunya yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam agama maupun hal duniawi. Dia memimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran. Suksesnya kepemimpinan Nabi Muhammad SAW tidak terlepas dari tiga hal yaitu pemimpin yang holistic, accepted dan proven. Muhammad SAW merupakan pemimpin yang holistic karena ia mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang kehidupan. Kepemimpinannya mampu meresap keberbagai nuansa kehidupan melalui celah-celah yang tanpa disadari oleh manusia yang lain pada saat itu. Kepemimpinannya menjadikan kehidupan masyarakat menjadi akur. Perbedaan agama begitu dihargai. Sistem perpolitikan yang beliau terapkan mampu mengubah tatanan kehidupan masyarakat menjadi bermartabat. Sistem pendidikan dalam masyarakat berubah total. Pendidikan yang diterapkan menjadikan masyarakatnya bermoral dan nampak cerah. Dari segi hukum, Muhammad SAW menjunjung tinggi keadilan. Keadilan tanpa pandang bulu. Seandainya ada keluarganya yang bersalah maka hukumpun tetap diterapkan. Tatanan kehidupan masyarakat benar-benar berubah menjadi lebih baik karena kepemimpinan beliau. Nabi Muhammad seorang pemimpin yang holistic juga terlihat dari strategi pertahanan yang diterapkan dalam masyarakat maupun peperangan. Hampir semua peperangan yang beliau pimpin selalu menang. Keamanan masyarakatnya juga diutamakan. Warga masyarakatnya benar-benar mendapat perlindungan tidak melihat apakah itu muslim maupun non muslim.
Beliau adalah pemimpin yang accepted. Seorang pemimpin yang diterima dan diakui oleh semua masyarakatnya. Bahkan kepemimpinan beliau masih diterima sampai saat ini. Jika terhitung sudah berapa milyar orang yang mengakui kepemimpinannya. Terlepas dari wahyu yang disampaikan, akhlaq beliau juga patut untuk diterima dan dijadikan suri tauladan. Mencari sosok pemimpin yang diakui oleh semua masyarakat saat ini memang bukan hal yang mudah.
Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang proven. Figur pemimpin yang terbukti telah membawa perubahan bagi masyarakat. Kepemimpinan yang selalu berorientasi pada bukti real tidak sekedar kata-kata persuatif. Pemimpin yang berorientasi kedepan. Seperti disinggung sebelumnya bahwasanya sampai saat ini kepemimpinannya masih relevan untuk diterapkan. Oleh sebab itu sangat disayangkan jika kita tidak dapat mengambil hikmah dari kepemimpinan beliau. Inilah pemimpin yang ideal yang tidak hanya memancarkan kesalehan pribadi, tapi juga kesalehan sosial. Nah, bagaimana dengan karakter pemimpin kita saat ini? Sudahkah pemimpin kita menjadikan Rasulullah sebagai panutan dan model kepemimpinan mereka? Kita sangat mendambakan karakter pemimpin ideal seperti Rasulullah SAW dan para khulafaur rasyidin. Tidak ada kata mustahil menjadi seorang pemimpin ideal seperti Rasulullah. Sejarah mencatat bagaimana kepemimpinan para khulafaur rasyidin, Muawiyah, Umar bin Abdul Azis, Harun Ar-Rasyid, Salahuddin Al-ayyubi dan para pemimpin Islam lainnya pada zaman kekhilafan Islamiah, yang telah membawa Islam kepada puncak kejayaan kejayaan dan zaman keemasan. Kuncinya, mereka mencontoh dan menerapkan model kepemimpinan Rasulullah SAW. Al Quran dan Hadits adalah pedoman dalam kehidupan mereka.

Allah SWT memerintahkan kita untuk mengikuti dan mentaati beliau. Selain itu, beliau memang diutus dan dijadikan Allah sebagai sosok figur dan suri tauladan bagi umatnya. Beliau adalah manusia biasa seperti kita, bukan malaikat (QS. Al-Kahfi: 110). Maka tidak ada kata mustahil meneladani beliau. Selama ada kemauan, pasti ada jalan. Setelah melihat deskripsi singkat bagaimana kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan tugasnya menjadi pemimpin. Para khulafaur Rasyidin saja mencontoh Nabi Muhammad SAW. Dan hasilnya mereka semua juga sukses memimpin pada masa kepemerintahannya. Sedangkan Nabi Muhammad SAW berpedoman pada Al Qur’an dan Al Hadist yang merupakan pedoman bagi umat islam sejagad ini.

Untuk membentuk pemimpin yang Ideal dan solid sebaiknya memperbaiki moral para pemimpin tersebut. Sebelum memimpin mereka harus melakukan beberapa ujian untuk melihat seberapa baik moral mereka khususnya untuk memimpin bangsa yang besar ini. Bagi yang beragama islam atau muslim, Al Qur’an dan Al Hadistlah sebagai pedoman untuk mengujinya. Seberapa mereka tahu mengenai sikap dan sifat kepemimpinan yang ada dalam kitab tersebut. Sedangkan bagi yang beragama lain juga begitu, mereka juga harus di sesuaikan dengan kitab yang mereka jadikan panutan. Jadi, dengan mengetahui moral mereka sebelum mereka menjadi pemimpin, hal itu akan memberikan wawasan dan pengetahuan rakyat Indonesia sebelum kita semua menggunakan hak kita dalam pemilihan umum. Setelah menjadi pemimpin nantinya para pemimpin tidak akan menuai protes atas kinerja mereka karena mereka adalah pilihan rakyat Indonesia sendiri. Itulah yang dinamakan demokrasi dalam pemerintahan. Jika ada yang salah dengan kepemimpinannya bukan diprotes dengan melakukan demo, tetapi harus bisa memberikan solusi bagi pemimpin tersebut harus bertindak. Dan pemimpin itu juga harus menerima aspirasi rakyatnya. Bukan semaunya sendiri. Itulah yang dinamakan solid dalam kepemimpinan. “Yang perlu diingat adalah apapun masalahnya, sebagai pemimpin harus memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku dalam Kitabnya yakni Al-Qur’an dan Al hadist”. Karena itulah yang bisa dinamakan dengan Refleksi dengan Nabi Muhammad SAW.



Referensi :

Antara Kepemimpinan dan Pemimpin

Apa sih yang dimaksud kepemimpinan? Bagaimana pula seseorang bisa dikatakan seorang pemimpin? Sebelum kita jawab pertanyaan tersebut, baiknya kita cari tahu dulu pengertian dari dua buah kata tersebut.

Kepemimpinan

Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.

Ada juga definisi kepemimpinan menurut beberapa tokoh :

Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.

Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.

Gaya-gaya kepemimpinan :

  1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
  1. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
  1. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.


Definisi/Pengertian Pemimpin

Setiap manusia pada hakikatnya adalah seorang pemimpin, minimal pemimpin bagi dirinya sendiri. Manusia sebagai pemimpin atau khalifah di bumi sesuai dengan ayat Al-Quran surat Al-Baqarah/2 ayat: 30-33


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلُُ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ {30} وَعَلَّمَ ءَادَمَ الأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَآءِ هَؤُلآءِ إِن كُنتُم صَادِقِينَ {31} قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَآ إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ {32} قَالَ يَآءَادَمُ أَنبِئْهُم بِأَسْمَآئِهِمْ فَلَمَّآ أَنبَأَهُمْ بِأَسْمَآئِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ {33}



ARTINYA :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” Mereka berkata : “Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu siapa yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku me-ngetahui apa yang tidak Engkau ketahui.” Dia mengajar kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian memaparkannya kepada para malaikat, lalu berfirman : “Sebutkanlah kepadaKu nama-nama benda itu, jika kamu ‘orang-orang’ yang benar.” Mereka berkata : “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Allah berfirman : “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini !” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman : “Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan kamu sembunyikan?”

Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin".

Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181).

Pemimpin jika dialihbahasakan ke bahasa Inggris menjadi "LEADER", yang mempunyai tugas untuk me-LEAD anggota disekitarnya. Sedangkan makna LEAD adalah :
  • Loyality, seorang pemimpin harus mampu membagnkitkan loyalitas rekan kerjanya dan memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
  • Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan tacit knowledge pada rekan-rekannya.
  • Advice, memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada.
  • Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan dalam setiap aktivitasnya.
Berikut adalah lima cara yang mendasar untuk menjadi seorang pemimpin hebat menurut seorang penulis bernamaVictorino Q. Abrugar :
  1. Jadilah Hebat (Great) bukan sekedar baik (Good). Ada ungkapan mengatakan, “Pemimpin besar/hebat, membuat perbedaan”. Berbeda disini bukan berarti kalau pemimpin lain buruanda harus menjadi baik atau sebaliknya, kalau pemimpn lain baik anda lalu menjadi buruk. Berbeda disini berarti bahwa entah pemimpin lain baik atau buruk Anda harus menjadi pemimpin yang hebat (great). Dan Anda harus tetap hebat sepanjang waktu. Kepemimpinan adalah sebuah transformasi dari yang baik (good) menjadi besar/hebat (great), dari biasa menjadi luar biasa dan bahkan dari normal ke supranormal. Seorang pemimpin dapat mengubah dari baik (good) menjadi besar (besar) dengan berbagai cara berikut ini : berikut:. Dari penerima menjadi pemberi. Dari yang dilayani menjadi yang melayani. Dari pemikir menjadi pengambil keputusan. Dari membayangkan menjadi menciptakan. Dari kompetitif menjadi kooperatif. Dari reaktif menjadi proaktif. Dari hanya tepat waktu (timely) menjadi abadi (timeless). Dari hanya sekedar membangun sistem pengorganisasian yang baik menjadi merancang nilai-nilai dan prinsip-prinsip. Dari hanya merekrut pekerja menjadi merekrut oaring-orang kunci. Dari material menjadi spiritual. Dari memerintah menjadi teladan hidup. Dari mengendalikan orang menjadi mengendalikan diri. Dari tradisi menuju inovasi.
  2. Jadilah seperti matahari. Matahari adalah pusat tata surya. Planet-planet di gugusan tatasurya mengelilingi Matahari dan bergerak disekitar matahari. Yang menarik dari analogi ini adalah matahrai dan palnet-plenet pengikutnya bergerak bersama dalam irama yang harmoni. Analogi ini mengajarkan sesuatu kepada kita bahwa sebuah tim akan menjadi tim yang harmonis dan bergerak bersama kalau ada pemimpin yang kompeten dan bisa diteladani. Itu berarti pula seorang pemimpin harus menjadi inspirator dan penggerak sekaligus. Ia memberdayakan pengikutnya sehingga mereka akhirnya mampu bertumbuh kearah potensi maksimal mereka. Selain itu matahari dengan panasnya juga menjadi sumber penghidupan di jagad raya ini. Ini mengindikasikan seorang pemimpin haruslah juga memperhatikan kehidupan anak buahnya. Ia tidak segan menolong ketika anak buahnya membutuhkan pertolongan. John Maxwell mengingatkan bahwa perhatian seorang pemimpin berbanding lurus dengan loyalitas anak buahnya. Maxwell mengajarkan, “Kalau mau tanganya (loyalitas) sentuh dulu hatinya (perduli dulu).”
  3. Tanamlah pohon bukan rumput. Apa bedanya pohon dengan rumput ? Pohon lama tumbuh tapi lama pula mati (bahkan mungkin abadi karena biji yang jatuh dari pohon itu akan terus tumbuh dan menduplikasi diri). Rumput sebaliknya, cepat tumbuh tapi cepat pula layu. Analogi ini ingin mengajarkan bahwa seorang pemimpin hebat haruslah menciptakan sesuatu yang bersifat tahan lama atau malahan kekal, bukan sesuatu yang temporer. Pemimpin hebat membangun segala sesuatu diatas batu karang bukan pasir. Pemimpin yang buruk selalu berusah cepat “mendapatkan hasil”, tidak perduli entah bagaimana caranya, namun pemimpn hebat tidak demikian. Ia menyadari perlunya proses dalam segala sesuatu. Ia tidak suka “mengkarbit” sesuatu. Ada beberapa contoh bisa disebutkan. Pemimpin perusahaan yang mendorong anak buahnya untuk mencari profit sebesar-besarnya bahkan kaau perlu dengan mencurangi costumer, jelas merupakan contoh pemimpin yang buruk. Pemimpin jenis ini mau serba instan. Atau pemimpin agama yang menggunakan “ancaman ayat-ayat suci“ kepada orang lain agar mau memeluk agama yang dianutnya, jelas contoh lain lagi dari pemimpin yang buruk. Sukses yang dicapai noleh pemimpin tipe rumput itu tidak akan bertahan lama. Secepat kilat melejit, sekejap mata menghilang! Sebaliknya, pemimpin tipe pohon yang bersedia sabar mengikuti proses dengan seksama malahan akan menuai hasil yang lebih baik dan lebih langgeng. Pemimpin tipe ini tidak menerapkan trik tapi prinsip, tidak mengakali tapi mengedukasi, tidak buru-buru tapi sabar.
  4. Berjalan seperti burung merpati berpikir seperti ular. Kitab suci memberi banyak petunjuk dalam hal kepemimpinan. Seorang pemimpin tidak hanya membutuhkan kemampuan intelektual yang mumpuni tetapi juga harus memiliki kerendahan hati dan kesederhanaan. Atau meminjam ayat kitab suci diatas, seorang pemimpin harus berpikir secerdik ular namun sekaligus harus bertindak setulus dan sesederhana layaknya merpati. Kombinasi dari intelektualitas yang tinggi (termasuk di dalamnya keahlian professional) dan kerendahatian yang dalam menjadi jaminan seseorang bisa sampai ke puncak tangga kepemimpinan. Paling tidak hal ini diyakini oleh Jim Collin dalam teori “Five level Leadership-nya”.
  5. Jadilah pengikut dari Allah yang Maha Besar. Pemimpin hebat mematuhi dan hidup menurut hukum Allah, sementara pemimpin buruk memimpin dengan hikmatnya sendiri. Dengan mengikuti hukum-hukum Allah yang kekal, maka seorang pemimpin akan menerapkan prinsip-prinsip yang tidak akan bertentangan dengan moralitas. Dan yang yang pasti, hukum-hukum Allah itu selalu benar dan bersifat universal. Dengan demikian ketika pemimpin hebat menerapkan hukum-hukum itu dalam kepemimpinanya, ia sedang menghadirkan “Kerajaan Allah” dalam realitas Kerajaan dunia yang jahat dan gelap ini.






Referensi :