- Nama : Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hashim.
- Tarikh lahir : Subuh hari Isnin, 12 Rabiulawal bersamaan 20 April 571 Masehi (dikenali sebagai Tahun Gajah; sempena peristiwa tentera bergajah Abrahah yang menyerang kota Kaabah).
- Tempat lahir : Di rumah Abu Talib, Makkah Al-Mukarramah.
- Nama bapa : Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hashim.
- Nama ibu : Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf.
- Pengasuh pertama : Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman. Hamba perempuan bapa Rasulullah SAW).
- Ibu susu pertama : Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab).
- Ibu susu kedua : Halimah binti Abu Zuaib As-Saadiah (lebih dikenali Halimah As-Saadiah. Suaminya bernama Abu Kabsyah).
Pada usia empat puluh tahun, beliau diutus menjadi nabi oleh Allah. Ia mewahyukan kepada beliau al-Quran yang seluruh manusia dan jin tidak mampu untuk menandinginya. Ia menamakan beliau sebagai pamungkas para nabi dan memujinya karena kemuliaan akhlaknya. Beliau hidup di dunia ini selama enam puluh tiga tahun. Menurut pendapat masyhur, beliau wafat pada hari Senin bulan Shafar 11 Hijriah di Madinah.
Luar biasa, Predikat dan pujian ini langsung datang dari Allah Swt, karena akhlak beliau yang mulia. Maka tidak heran bila dalam waktu yang relatif singkat, beliau berhasil berdakwah dan menegakkan syariat Islam di muka bumi ini, dengan membawa peradaban Islam yang mulia dan terhormat menggantikan peradaban jahiliah yang hina dan zalim. Inilah rahasia kesuksesan dakwah Rasulullah saw yaitu akhlak mulia.
Dari konteks inilah, tak heran bila Mikhail H Hart, dalam buku fenomenalnya The 100 a Rangking of The Most Influential Persons in History (Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah;1978) menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai pada urutan pertama sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad, Muhammad adalah satu-satunya yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam agama maupun hal duniawi. Dia memimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran. Suksesnya kepemimpinan Nabi Muhammad SAW tidak terlepas dari tiga hal yaitu pemimpin yang holistic, accepted dan proven. Muhammad SAW merupakan pemimpin yang holistic karena ia mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang kehidupan. Kepemimpinannya mampu meresap keberbagai nuansa kehidupan melalui celah-celah yang tanpa disadari oleh manusia yang lain pada saat itu. Kepemimpinannya menjadikan kehidupan masyarakat menjadi akur. Perbedaan agama begitu dihargai. Sistem perpolitikan yang beliau terapkan mampu mengubah tatanan kehidupan masyarakat menjadi bermartabat. Sistem pendidikan dalam masyarakat berubah total. Pendidikan yang diterapkan menjadikan masyarakatnya bermoral dan nampak cerah. Dari segi hukum, Muhammad SAW menjunjung tinggi keadilan. Keadilan tanpa pandang bulu. Seandainya ada keluarganya yang bersalah maka hukumpun tetap diterapkan. Tatanan kehidupan masyarakat benar-benar berubah menjadi lebih baik karena kepemimpinan beliau. Nabi Muhammad seorang pemimpin yang holistic juga terlihat dari strategi pertahanan yang diterapkan dalam masyarakat maupun peperangan. Hampir semua peperangan yang beliau pimpin selalu menang. Keamanan masyarakatnya juga diutamakan. Warga masyarakatnya benar-benar mendapat perlindungan tidak melihat apakah itu muslim maupun non muslim.
Beliau adalah pemimpin yang accepted. Seorang pemimpin yang diterima dan diakui oleh semua masyarakatnya. Bahkan kepemimpinan beliau masih diterima sampai saat ini. Jika terhitung sudah berapa milyar orang yang mengakui kepemimpinannya. Terlepas dari wahyu yang disampaikan, akhlaq beliau juga patut untuk diterima dan dijadikan suri tauladan. Mencari sosok pemimpin yang diakui oleh semua masyarakat saat ini memang bukan hal yang mudah.
Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang proven. Figur pemimpin yang terbukti telah membawa perubahan bagi masyarakat. Kepemimpinan yang selalu berorientasi pada bukti real tidak sekedar kata-kata persuatif. Pemimpin yang berorientasi kedepan. Seperti disinggung sebelumnya bahwasanya sampai saat ini kepemimpinannya masih relevan untuk diterapkan. Oleh sebab itu sangat disayangkan jika kita tidak dapat mengambil hikmah dari kepemimpinan beliau. Inilah pemimpin yang ideal yang tidak hanya memancarkan kesalehan pribadi, tapi juga kesalehan sosial. Nah, bagaimana dengan karakter pemimpin kita saat ini? Sudahkah pemimpin kita menjadikan Rasulullah sebagai panutan dan model kepemimpinan mereka? Kita sangat mendambakan karakter pemimpin ideal seperti Rasulullah SAW dan para khulafaur rasyidin. Tidak ada kata mustahil menjadi seorang pemimpin ideal seperti Rasulullah. Sejarah mencatat bagaimana kepemimpinan para khulafaur rasyidin, Muawiyah, Umar bin Abdul Azis, Harun Ar-Rasyid, Salahuddin Al-ayyubi dan para pemimpin Islam lainnya pada zaman kekhilafan Islamiah, yang telah membawa Islam kepada puncak kejayaan kejayaan dan zaman keemasan. Kuncinya, mereka mencontoh dan menerapkan model kepemimpinan Rasulullah SAW. Al Quran dan Hadits adalah pedoman dalam kehidupan mereka.
Allah SWT memerintahkan kita untuk mengikuti dan mentaati beliau. Selain itu, beliau memang diutus dan dijadikan Allah sebagai sosok figur dan suri tauladan bagi umatnya. Beliau adalah manusia biasa seperti kita, bukan malaikat (QS. Al-Kahfi: 110). Maka tidak ada kata mustahil meneladani beliau. Selama ada kemauan, pasti ada jalan. Setelah melihat deskripsi singkat bagaimana kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan tugasnya menjadi pemimpin. Para khulafaur Rasyidin saja mencontoh Nabi Muhammad SAW. Dan hasilnya mereka semua juga sukses memimpin pada masa kepemerintahannya. Sedangkan Nabi Muhammad SAW berpedoman pada Al Qur’an dan Al Hadist yang merupakan pedoman bagi umat islam sejagad ini.
Untuk membentuk pemimpin yang Ideal dan solid sebaiknya memperbaiki moral para pemimpin tersebut. Sebelum memimpin mereka harus melakukan beberapa ujian untuk melihat seberapa baik moral mereka khususnya untuk memimpin bangsa yang besar ini. Bagi yang beragama islam atau muslim, Al Qur’an dan Al Hadistlah sebagai pedoman untuk mengujinya. Seberapa mereka tahu mengenai sikap dan sifat kepemimpinan yang ada dalam kitab tersebut. Sedangkan bagi yang beragama lain juga begitu, mereka juga harus di sesuaikan dengan kitab yang mereka jadikan panutan. Jadi, dengan mengetahui moral mereka sebelum mereka menjadi pemimpin, hal itu akan memberikan wawasan dan pengetahuan rakyat Indonesia sebelum kita semua menggunakan hak kita dalam pemilihan umum. Setelah menjadi pemimpin nantinya para pemimpin tidak akan menuai protes atas kinerja mereka karena mereka adalah pilihan rakyat Indonesia sendiri. Itulah yang dinamakan demokrasi dalam pemerintahan. Jika ada yang salah dengan kepemimpinannya bukan diprotes dengan melakukan demo, tetapi harus bisa memberikan solusi bagi pemimpin tersebut harus bertindak. Dan pemimpin itu juga harus menerima aspirasi rakyatnya. Bukan semaunya sendiri. Itulah yang dinamakan solid dalam kepemimpinan. “Yang perlu diingat adalah apapun masalahnya, sebagai pemimpin harus memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku dalam Kitabnya yakni Al-Qur’an dan Al hadist”. Karena itulah yang bisa dinamakan dengan Refleksi dengan Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT memerintahkan kita untuk mengikuti dan mentaati beliau. Selain itu, beliau memang diutus dan dijadikan Allah sebagai sosok figur dan suri tauladan bagi umatnya. Beliau adalah manusia biasa seperti kita, bukan malaikat (QS. Al-Kahfi: 110). Maka tidak ada kata mustahil meneladani beliau. Selama ada kemauan, pasti ada jalan. Setelah melihat deskripsi singkat bagaimana kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan tugasnya menjadi pemimpin. Para khulafaur Rasyidin saja mencontoh Nabi Muhammad SAW. Dan hasilnya mereka semua juga sukses memimpin pada masa kepemerintahannya. Sedangkan Nabi Muhammad SAW berpedoman pada Al Qur’an dan Al Hadist yang merupakan pedoman bagi umat islam sejagad ini.
Untuk membentuk pemimpin yang Ideal dan solid sebaiknya memperbaiki moral para pemimpin tersebut. Sebelum memimpin mereka harus melakukan beberapa ujian untuk melihat seberapa baik moral mereka khususnya untuk memimpin bangsa yang besar ini. Bagi yang beragama islam atau muslim, Al Qur’an dan Al Hadistlah sebagai pedoman untuk mengujinya. Seberapa mereka tahu mengenai sikap dan sifat kepemimpinan yang ada dalam kitab tersebut. Sedangkan bagi yang beragama lain juga begitu, mereka juga harus di sesuaikan dengan kitab yang mereka jadikan panutan. Jadi, dengan mengetahui moral mereka sebelum mereka menjadi pemimpin, hal itu akan memberikan wawasan dan pengetahuan rakyat Indonesia sebelum kita semua menggunakan hak kita dalam pemilihan umum. Setelah menjadi pemimpin nantinya para pemimpin tidak akan menuai protes atas kinerja mereka karena mereka adalah pilihan rakyat Indonesia sendiri. Itulah yang dinamakan demokrasi dalam pemerintahan. Jika ada yang salah dengan kepemimpinannya bukan diprotes dengan melakukan demo, tetapi harus bisa memberikan solusi bagi pemimpin tersebut harus bertindak. Dan pemimpin itu juga harus menerima aspirasi rakyatnya. Bukan semaunya sendiri. Itulah yang dinamakan solid dalam kepemimpinan. “Yang perlu diingat adalah apapun masalahnya, sebagai pemimpin harus memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku dalam Kitabnya yakni Al-Qur’an dan Al hadist”. Karena itulah yang bisa dinamakan dengan Refleksi dengan Nabi Muhammad SAW.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar